Diduga Penyebab Banjir Bandang Hutan Sekitar Air Terjun Dua Warna Sudah Dirusak - Sumatera Online

Media Online Sumatera Utara

Breaking

Home Top Ad

Responsive Ads Here

Selasa, 17 Mei 2016

Diduga Penyebab Banjir Bandang Hutan Sekitar Air Terjun Dua Warna Sudah Dirusak

KABARASAHAN.com  - Musibah banjir bandang yang terjadi di objek wisata air terjun Dua Warna, Desa Sirugun, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deliserdang, Senin (16/5/2016), mencuatkan isu tentang adanya dugaan pengerusakan lingkungan. Disebut-sebut, di atas bukit sekitar air terjun Dua Warna terjadi penebangan kayu ilegal. 

"Pada tahun 2009, kami sempat melihat adanya kerusakan lingkungan di seputaran kawasan Dua Warna. Saat itu, data yang kami peroleh ada dugaan penebangan kayu liar oleh sejumlah oknum pada saat kami survei Temu Wicara Kenal Medan (TWKM) Mapala Se-Indonesia," ungkap Pusat Koordinasi Daerah Mahasiswa Pecinta Alam Sumatera Utara  Eprius Wahid Purba, Senin (16/5/2016) malam.

Eprius mengatakan, setelah menemukan data dan fakta tersebut, sejumlah pecinta alam tidak dapat lagi masuk ke kawasan Dua Warna hingga saat ini. Terlebih, banyak orang-orang yang melakukan pungutan liar.
"Kami mendesak Kementrian Kehutanan dan Dinas Kehutanan Sumatera Utara untuk mengusut adanya dugaan pembalakan kayu liar tersebut. Kami juga berharap, aparat pemerintahan dan polisi bisa menertibkan oknum-oknum yang melakukan pungli di lokasi wisata atas nama pemerintah daerah," ujar Eprius.

Selama ini, banyak wisatawan kerap dipungut biaya dengan nilai yang bervariasi. Sayangnya, tidak diketahui apakah pungutan itu masuk dalam pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten Deliserdang, atau hanya masuk ke kantong-kantong pribadi sejumlah preman.

Meskipun di lokasi itu kerap dipungut biaya, pihak-pihak yang melakukan pengutipan kerap mengabaikan kelestarian lingkungan. Bahkan, tidak adanya pemantauan keamanan terhadap para wisatawan yang kerap merogoh kocek untuk masuk ke kawasan hutan lindung tersebut.
"Dalam kesempatan ini, kami kembali berharap perhatian pemerintah daerah dan aparat terkait. Sangat-sangat diharapkan, pungli dan kerusakan hutan bisa diberantas demi kenyamanan wisatawan," ujar Eprius.

Jika pungutan liar ini terus dibiarkan, sudah barang tentu wisatawan lokal tidak akan lagi mengunjungi lokasi Dua Warna. Jangankan wisatawan lokal, wisatawan asing juga pastinya enggan dan takut untuk bersantai di lokasi air tejun yang memiliki dua arus tersebut.
"Kejadian banjir bandang ini baru pertama kali terjadi. Tidak tertutup kemungkinan memang dugaan-dugaan penebangan kayu di wilayah Dua Warna itu kian marak dan memprihatinkan," katanya singkat. ( ray/tribun-medan.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.