KABARASAHAN.com - Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi berkomitmen untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemandirian desa dan desa adat melalui beberapa program penguatan kearifan lokal. Salah satunya mengarahkan pemanfaatan dana desa untuk meningkatkan sarana, prasarana dan kapasitas masyarakat terkait potensi wisata di desa dan desa adat masing-masing.
Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Marwan Jafar, mengatakan, mewujudkan kemandirian ekonomi desa melalui kekuatan inisiatif, inovasi dan kearifan lokal menjadi instrumen dan modal penting dalam mempercepat pembangunan desa. Sebab, program pembangunan desa dengan menitikberatkan pada kekuatan inisiatif lokal lebih mungkin menuai kesuksesan karena didasarkan pada pengalaman, pengetahuan, kepercayaan, adat istiadat dan kebutuhan masyarakat setempat.
"Bagi desa dan desa adat di Bali yang memiliki potensi pariwisata, dana desa tahun ini bisa digunakan untuk pembangunan arena untuk atraksi seni, dan budaya, pengadaan sarana dan prasarana pengelolaan sampah terpadu di area wisata, pelatihan pengembangan makanan lokal dan kerajinan tangan sebagai komoditas strategi ekonomi-wisata, atau hal lainnya yang berkaitan dengan sarana wisata," ungkap Marwan saat memberikan sambutan dalam acara Seminar Bhakti Desa Ke 2, di Universita Udayana, Denpasar Bali, Rabu (4/5).
Provinsi Bali dikenal sebagai salah satu wilayah yang memiliki potensi wisata yang sangat besar. Hal ini terbukti dengan masuknya Bali ke dalam 10 destinasi favorit dunia bersanding dengan negara lain seperti Thailand, Hawai, Yunani, Portugal, Brasil dan lain-lain. Sepanjang tahun 2015, tercatat kurang lebih 4 juta wisatawan asing dan 7 juta wisatawan domestik yang berkunjung ke Bali. Berdasarkan Indeks Desa Membangun (IDM), Provinsi Bali memiliki total 636 desa dengan kriteria: sebanyak 279 desa berkembang, 248 desa maju, 27 desa mandiri, 78 desa tertinggal dan 4 desa sangat tertinggal.
Menurut Marwan, besarnya potensi wisata yang ada di Bali, diharapkan mampu memberikan multiplier effects bagi berkembangan potensi lain dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dengan banyaknya wisatawan yang berkunjung ke Bali, akan berdampak pada meningkatnya permintaan diberbagai sektor penunjang wisata, seperti restoran, hotel, sarana transportasi, makanan daerah atau hasil kerajinan lokal.
"Ini potensi yang cukup besar, dan sangat potensial untuk dikembangkan melalui program pembangunan di desa-desa di Bali. Tentunya, diharapkan para penggerak Usaha Kecil Menengah (UKM) dilevel desa atau kelurahan dan desa adat, dapat menjadi penerima manfaat dari meningkatnya jumlah wisatawan yang masuk," ujarnya.
Namun demikian, Marwan juga menyadari bahwa untuk mewujudkan hal tersebut memerlukan waktu dan tenaga yang tidak sedikit. Diperlukan proses edukasi panjang untuk menumbuhkan kemampuan berinovasi dan bertindak sesuai dengan kondisi lingkungannya. Disinilah peran utama dari Perguruan Tinggi sebagai rumah bagi akademisi dan peneliti.
"Selain itu, kerjasama yang komprehensif semua elemen baik pemerintahan pusat, pemerintah daerah, pemerintah desa, Perguruan Tinggi, Lembaga Swadaya Masyrakat (LSM), dan masyarakat itu sendiri sangat diperlukan. Karean itu, saya berharap ke depan agar semua elemen ini dapat bahu-membahu, bersama-sama dalam mewujudkan kemandirian desa melalui kearifan lokal yang kita cita-citakan ini," tandas Marwan.
Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Marwan Jafar, mengatakan, mewujudkan kemandirian ekonomi desa melalui kekuatan inisiatif, inovasi dan kearifan lokal menjadi instrumen dan modal penting dalam mempercepat pembangunan desa. Sebab, program pembangunan desa dengan menitikberatkan pada kekuatan inisiatif lokal lebih mungkin menuai kesuksesan karena didasarkan pada pengalaman, pengetahuan, kepercayaan, adat istiadat dan kebutuhan masyarakat setempat.
"Bagi desa dan desa adat di Bali yang memiliki potensi pariwisata, dana desa tahun ini bisa digunakan untuk pembangunan arena untuk atraksi seni, dan budaya, pengadaan sarana dan prasarana pengelolaan sampah terpadu di area wisata, pelatihan pengembangan makanan lokal dan kerajinan tangan sebagai komoditas strategi ekonomi-wisata, atau hal lainnya yang berkaitan dengan sarana wisata," ungkap Marwan saat memberikan sambutan dalam acara Seminar Bhakti Desa Ke 2, di Universita Udayana, Denpasar Bali, Rabu (4/5).
Provinsi Bali dikenal sebagai salah satu wilayah yang memiliki potensi wisata yang sangat besar. Hal ini terbukti dengan masuknya Bali ke dalam 10 destinasi favorit dunia bersanding dengan negara lain seperti Thailand, Hawai, Yunani, Portugal, Brasil dan lain-lain. Sepanjang tahun 2015, tercatat kurang lebih 4 juta wisatawan asing dan 7 juta wisatawan domestik yang berkunjung ke Bali. Berdasarkan Indeks Desa Membangun (IDM), Provinsi Bali memiliki total 636 desa dengan kriteria: sebanyak 279 desa berkembang, 248 desa maju, 27 desa mandiri, 78 desa tertinggal dan 4 desa sangat tertinggal.
Menurut Marwan, besarnya potensi wisata yang ada di Bali, diharapkan mampu memberikan multiplier effects bagi berkembangan potensi lain dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dengan banyaknya wisatawan yang berkunjung ke Bali, akan berdampak pada meningkatnya permintaan diberbagai sektor penunjang wisata, seperti restoran, hotel, sarana transportasi, makanan daerah atau hasil kerajinan lokal.
"Ini potensi yang cukup besar, dan sangat potensial untuk dikembangkan melalui program pembangunan di desa-desa di Bali. Tentunya, diharapkan para penggerak Usaha Kecil Menengah (UKM) dilevel desa atau kelurahan dan desa adat, dapat menjadi penerima manfaat dari meningkatnya jumlah wisatawan yang masuk," ujarnya.
Namun demikian, Marwan juga menyadari bahwa untuk mewujudkan hal tersebut memerlukan waktu dan tenaga yang tidak sedikit. Diperlukan proses edukasi panjang untuk menumbuhkan kemampuan berinovasi dan bertindak sesuai dengan kondisi lingkungannya. Disinilah peran utama dari Perguruan Tinggi sebagai rumah bagi akademisi dan peneliti.
"Selain itu, kerjasama yang komprehensif semua elemen baik pemerintahan pusat, pemerintah daerah, pemerintah desa, Perguruan Tinggi, Lembaga Swadaya Masyrakat (LSM), dan masyarakat itu sendiri sangat diperlukan. Karean itu, saya berharap ke depan agar semua elemen ini dapat bahu-membahu, bersama-sama dalam mewujudkan kemandirian desa melalui kearifan lokal yang kita cita-citakan ini," tandas Marwan.
Sumber : Merdeka.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.