Penangkapan
sindikat penyebar SARA dan ujaran kenecian oleh Polri mendapat
apresiasi dari Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tjahjo Kumolo. Mantan
sekjen PDIP itu mengutuk keras, sindikat yang menjadikan berita fitnah
dan informasi bohong sebagai lahan usaha.
Tjahjo juga menegaskan, ulah sindikat bernama Saracen itu ini sangat
berbahaya bagi keutuhan NKRI. Karena mereka menyebarkan ujaran kebencian
terkait SARA lewat media sosial, untuk keuntungan pihak tertentu yang
menggunakan jasa para pelaku.
"Langkah kepolisian ini perlu diapresiasi. Pemerintah mendorong agar
pengusutan dilakukan secara tuntas, termasuk siapa yang memesan," ujar
Tjahjo di Jakarta, Minggu (27/8).
Sebagaimana keterangan tertulisnya pada JawaPos.com, Tjahjo yang juga
mantan Anggota Komisi I DPR ini menilai, pengungkapan kasus Saracen
juga momentum yang baik bagi masyarakat agar lebih bijak menggunakan dan
menelaah setiap informasi yang diterima dari media sosial.
Terutama jelang Pilkada 2018 yang bakal digelar di 171 daerah dan
Pemilu 2019, penyelenggara juga perlu memperkuat pengawasan di lapangan.
Agar pesta demokrasi tidak tercoreng dengan merebaknya berita bohong
dan ujaran kebencian.
"Siapa pun pasangan calon yang mengumbar kebencian, ujaran dan fitnah
harus ditindak tegas. Harus ada adu program, adu konsep dan lain
sebagainya," pungkas Tjahjo.
Sebelumnya, polisi telah menangkap tiga orang tersangka dalam kasus
ini. Mereka adalah Jasriadi (32) yang berperan sebagai ketua, Muhammad
Faizal Tanong (43) sebagai koordinator bidang media dan informasi, serta
Sri Rahayu Ningsih (32) sebagai koordinator grup wilayah.
Kasubdit 1 Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri Kombes
Irwan Anwar mengatakan, anggota sindikat ini telah memiliki beragam
konten hate speech sesuai isu yang tengah berkembang. Mereka kemudian
menawarkan produk itu dalam sebuah proposal. “Kurang lebih setiap
proposal nilainya puluhan juta rupiah," ujar Irwan.
Sindikat Saracen diketahui memiliki ribuan akun. Mereka juga berbagi
tugas untuk mengunggah konten pro dan kontra terhadap suatu isu.
Misalnya, mereka membuat sekitar 2.000 akun di medsos yang isisnya
menjelek-jelekkan Islam. Kemudian, hal serupa dibuat lagi, namun
kontenya menjelek-jelekkan Kristen. “Itu yang kemudian tergantung
pemesanan dari klien,” jelasnya.
Dalam proposal dana tersebut terungkap, Sindikat Saracen mematok harga Rp 15 juta untuk jasa pembuat website. Sementara untuk buzzer, yang memiliki 15 anggota dianggarkan Rp 45 juta untuk satu bulan.
Honor khusus sebesar Rp 10 juta, didapat Jasriadi yang berperan
sebagai ketua sindikat Saracen, yang tugasnya mengunggah postingan
provokatif bernuansa SARA. Untuk sisa dari dana pengajuan proposal
tersebut, digunakan untuk kepentingan lain di luar perkiraan.
Kabag Mitra Biro Penmas Divisi Humas Polri Kombes Pol Awi Setiyono
mengatakan, tiga tersangka sindikat Saracen masih belum terbuka saat
dilakukan pemeriksaan. Termasuk soal siapa saja orang-orang yang
menggunakan jasanya.
“Pelaku sangat tertutup. Beberapa tersangka ini juga sulit kita
mintai keterangan," ucap Awi di Kantor Divisi Humas Mabes Polri, Jakarta
Selatan.
Awi mengaku masih masih mendalami siapa saja pihak-pihak yang memesan
sindikat Saracen. Termasuk kelompok-kelompok mana yang pernah pesan.
“Ini masih proses pendalaman," ujar Awi.
(dms/JPC)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.